Oleh: Onny Wiranda | Maret 8, 2007

Kota di Alkitab

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

 

Kota: Bentuk peralihan dari hidup petani menuju hidup kota di Timur Tengah berlalu dari dasa abad ketujuh menuju dasa abad ketiga. Hal itu penting sekali bagi tahap perkembangan kebudayaan umat manusia. Persekutuan kelompok desa yang terutama terpusat pada usaha produksi makanan itu berkembang menuju masyarakat yang berbeda dan memiliki berbagai pekerjaan dengan kelompok jabatan baru seperti: tukang, pedagang, prajurit, pegawai, penulis, dan imam. Mereka membentuk sistem yang bertingkatan mengenai kekuasaan pengaruh dan haknya. Pada puncaknya bertumbuh sebuah pemusatan jenis kekuasaan teokratis, monarkis, atau aristokratis.

Hasil usaha rohani dari terpenting dalam kebudayaan kota adalah penemuan tulisan (abjad; Bahasa Ibrani, hieroglif, tulisan paku). Sebuah bentuk pendahulu yang lebih tua daripada puncak kebudayaan kota dibuktikan dari bukit tempat tinggal di Yeriko (dasa abad 7-6). Corak yang benar-benar bersifat kota di Palestina baru muncul pada kebudayaan tembaga. Kota-kota pada zaman ini (sekitar 3200-1200 SM) tanpa pengecualian selalu diperkuat dengan tembok-tembok yang kuat.

Kota-kota adalah negara kerdil yang berdiri sendiri dan sering saling bersaing dengan susunan masyarakat yang feodal. Dinasti yang berkuasa di Akropolis memerintah sekelompok rakyat yang tidak bebas, yang rumahnya miskin berdesakan di dalam lingkungan yang sempit (misalnya kota Yeriko pada awal zaman tembaga itu luasnya sekitar 225 x 80 meter). Kota-kota itu lebih mudah dimengerti dengan adanya tempat perlindungan dan tempat penyimpanan barang-barang dan tempat kediaman.

Bangsa Israel yang masuk ke Kanaan dari daerah padang stepa itu terasing dari kehidupan kota sampai waktu yang lama. Bagi mereka kehidupan kota nampak sebagai keangkuhan manusia (Kej. 11:1-9) dan kejahatan (19:1-28). Tempat-tempat pertama yang mereka kelilingi dengan tembok itu mirip dengan sebuah kota. Tempat-tempat itu semata-mata adalah tempat tinggal bagi para petani ladang. Di situ para penatua memegang tampuk pimpinan. Dengan pembentukan negara bagi bangsa Israel, barulah timbul proses urbanisasi (dan Kanaanisasi) dengan titik-titik pusat Yerusalem dan Samaria (: kenisah, istana, pusat-pusat pemerintahan dengan susunan tingkat atas yang dibentuk oleh para pegawai raja). Sebuah corak kota yang baru, ditemukan pada zaman Helenis, yang ditentukan oleh bentuk polis Yunani. Pada kedua sisi jalan utama yang lebar dibuatkan susunan-susunan persegi seperti pada papan catur. Di situ ada bagian-bagian yang diberi ketentuan-ketentuan lingkup-lingkup yang diatur untuk halaman umum dan bangunan-bangunan umum (Maresya). Kota-kota Romawi (Gerasa) mempersatukan tempat-tempat kediaman dalam bentuk salib. Suatu ciri khas kota Romawi adalah banyaknya gedung umum yang besar-besar. Keadaan otonom pada zaman Helenis tetap dipegang oleh kota-kota itu pada kekuasaan Romawi. Paling tidak mereka mempertahankan kebebasan agama, yurisdiksi, dan administrasi. Pimpinan, Dewan Penasihat dan Sidang Rakyat (atau mahkamah agama di Yerusalem) hanya terbuka bagi mereka yang memiliki hak warga negara. Dari situlah timbul cara bicara kiasan tentang kota Yerusalem surgawi ( Gal. 4: 25-26; Ibr. 11: 10.16; Why 21:2). Di situ umat Kristen menikmati hak warga negara dan tidak perlu memandang dirinya menjadi orang asing dan tamu (Ef. 2:19; Ibr. 11-13; 1 Ptr 2:11). Lihat juga Benteng

 

Sumber: Haag, Herbert (1992), Kamus Alkitab, Ende: Penerbit Nusa Indah.


Tanggapan

  1. Hi, terima kasih sudah add saya di link anda.
    salam kenal ya.


Tinggalkan Balasan ke mamuk ismuntoro Batalkan balasan

Kategori